InDrive, sebuah platform transportasi on-demand asal Rusia, telah mengumumkan rencananya untuk memasuki bisnis pesan-antar makanan dalam waktu dekat. Selain itu, startup ini juga berencana menjalin kemitraan dengan e-wallet lokal sebagai penyedia fitur pembayaran nontunai di platform mereka pada tahun 2024.
CEO dan pendiri InDrive, Arsen Tomsky, menyoroti ketimpangan komisi yang dikenakan oleh aplikasi pesan-antar makanan kepada bisnis makanan dan minuman di Indonesia sebagai peluang untuk hadirnya layanan alternatif dalam bisnis pesan-antar makanan.
Tomsky mencatat bahwa harga yang ditawarkan oleh berbagai platform untuk layanan pesan-antar makanan dari restoran kecil (UMKM) cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan pengusaha besar.
Tomsky menjelaskan bahwa pengusaha besar dapat melakukan negosiasi dengan pihak aplikasi untuk mendapatkan persentase komisi yang lebih rendah. Hal ini menyebabkan ketidakseimbangan dalam beban komisi yang dikenakan kepada bisnis makanan dan minuman kecil.
Tomsky tidak memberikan tanggal pasti mengenai peluncuran fitur pesan-antar makanan di InDrive. Saat ini, InDrive sedang merancang layanan tersebut dengan memperhatikan sistem harga yang lebih adil bagi mitra restoran kecil.
Selain itu, mereka juga sedang mempersiapkan fitur pembayaran nontunai setelah mengamati perilaku transaksi konsumen pada layanan ride-hailing lokal.
Fitur ini direncanakan akan diluncurkan pada tahun 2024 melalui kemitraan dengan pelaku e-wallet besar, meskipun Tomsky tidak menyebutkan nama perusahaannya.
Sejak memulai kehadirannya di Indonesia pada tahun 2019, InDrive telah berhasil mengumpulkan lebih dari 600.000 mitra, yang terdiri dari pengemudi kendaraan roda dua dan empat.
Perusahaan ini juga telah beroperasi di 707 kota di 47 negara dan pada Februari lalu menerima pendanaan sebesar Rp2,28 triliun dari General Catalyst.
Bisnis pesan-antar makanan dianggap sebagai salah satu sektor bisnis yang memiliki potensi di Indonesia, terutama ketika dikombinasikan dengan layanan transportasi daring.
Pada tahun 2022, Google, Temasek, dan Bain Company memproyeksikan bahwa total nilai Gross Merchandise Value (GMV) dari bisnis pesan-antar makanan dan transportasi daring di Indonesia dapat mencapai US$15 miliar (sekitar Rp223 triliun) pada tahun 2025.