
Salah satu yang dipermasalahkan oleh millenial adalah masalah jam kerja 8 jam dari pukul 09.00 – 17.00. Bagi para pekerja yang bekerja di Jakarta tetapi bertempat tinggal di Bogor, Bekasi, Tangerang, Bekasi, Tangerang, Depok dan sekitarnya membutuhkan waktu perjalanan sekitar 2-3 jam, mereka berangkat harus pagi karena perjalanan yang jauh dan jika berangkat siang maka akan terjebak macet di jalan yang padat.
Millenial tidak suka bekerja yang seperti itu lagi, mereka menginginkan fleksibilitas. Menurut survei, 77% millenial mengatakan memilih jam kerja yang fleksibel, tak lagi di kantor 9-to-5 akan membuat mereka lebih produkstif. (Sumber: Bentley University 2014). Jika kantor masih menerapkan jam kerja 9-to-5 maka waktu akan terbuang banyak karena para pekerja akan menghabiskan waktu pulang dan pergi, terjebak macet di perjalanan dan pulang hingga larut malam. Bagi Millenial bekerja dengan cara seperti itu tidak fleksibel dan tidak membuat produktif.
Faktanya ada sekitar 40% millenial bersedia bergaji lebih rendah asal memiliki waktu kerja yang fleksibel. Kenapa millenial menginginkan waktu kerja yang fleksibel? Jawabannya adalah karena millenial ingin mempertimbangkan work-life balance atau keseimbangan antara bekerja, bermain dengan teman-teman dan mengurusi keluarga. Pada kenyataanya banyak pekerja yang menghabiskan waktu mereka untuk bekerja dan mementingkan urusan pekerjaan tetapi mengorbankan keluarga.
Pada zaman now muncul trend WFH (Work From Home), bekerja di mana saja termasuk di rumah tanpa harus bekerja di kantor. Tren WFH ini sangatlah cocok dilakukan oleh millennials karena mereka senang jika bisa bekerja dengan flexible. Dengan begitu mereka bisa mengatur waktu antara bekerja, bermain dan mengatur keluarga. Perkembangan teknologi yang semakin cepat ini membantu para pekerja menggunakan teknologi contohnya video conference, teleconference dsb.
Sekarang banyak pekerjaan yang lagi trend yang menggunakan teknologi sehingga millenial yang sudah tidak perlu bekerja kantoran lagi bahkan bisa bekerja di rumah, contoh pekerjaannya adalah entrepreneur, copy writer, content writer, blogger, penerjemah, guru atau tutor online, youtuber, social media manager dan masih banyak pekerjaan lainnya.
Oleh karena itu perusahaan harus mempertimbangkan waktu kerja 9-to-5 menjadi jam kerja yang flexible sesuai yang dibutuhkan para pekerja millennials. Sekarang mulai banyak bermuncul remote worker, flexible worker dan gig economy. Jika perusahaan tidak millenial friendly dan masih menerapkan jam kerja yang tidak flexible, maka akan ditinggalkan oleh millenial. Ketika kantor tidak menawarkan opsi kerja fleksibel, bisa jadi perusahaan kesulitan mendapatkan employee millenial. Sementara itu ada sekitar 75% di tahun 2025 angkatan kerja akan didominasi oleh millenial, maka dari itu perusahaan harus mulai membangun kantor yang Millenials Friendly.
-Lessons Learned-
Millenial melihat tempat kerja tak hanya melulu untuk bekerja (working), tapi juga untuk bermain (playing), dan memaknai kehidupan (living).
Sumber: YouTube ChannelTangan Di Atas